Menyatu dengan alam di hutan pinus pasir mangu dan adat cisitu



Bagi para pencinta alam, kemping di kawasan hutan pinus Pasir Mangu adalah pengalaman yang sulit dilupakan. Di tengah deretan pohon pinus yang menjulang tinggi, suasana tenang dan sejuk langsung menyambut siapa pun yang datang. Udara segar yang jarang ditemui di kota, bercampur dengan aroma khas kayu pinus, menciptakan ketenangan yang alami.


Pagi hari di Pasir Mangu terasa magis. Sinar matahari menembus celah-celah pepohonan, menciptakan lukisan cahaya alami di lantai hutan yang beralaskan rumput hijau. Deru angin yang lembut dan suara dedaunan yang berdesir menjadi musik pengantar sarapan sederhana di tengah alam.

Tenda-tenda warna-warni berdiri rapi di antara pepohonan, menjadi simbol kecil dari kebersamaan dan petualangan. Di malam hari, langit Pasir Mangu menampilkan taburan bintang yang memesona, bebas dari polusi cahaya kota. Di sekitar api unggun, canda tawa dan cerita perjalanan menjadi penutup hari yang hangat.

Kemping di Pasir Mangu bukan sekadar liburan, tapi juga cara untuk kembali menyatu dengan alam dan menghargai ketenangan yang diciptakannya. Tempat ini adalah pengingat bahwa keindahan sesungguhnya sering kali tersembunyi di alam, menunggu untuk ditemukan

            
          Kasepuhan cisitu 




Kasepuhan Adat Cisitu

Kasepuhan Cisitu adalah komunitas adat yang terletak di wilayah Lebak, Banten. Masyarakat Kasepuhan memegang teguh adat istiadat warisan leluhur yang berakar pada budaya Sunda. Sistem kepercayaan, tata kelola lahan, dan kehidupan sosial mereka masih sangat kental dengan nilai-nilai tradisional.

Salah satu tradisi utama di Kasepuhan Cisitu adalah Seren Taun, yakni upacara adat sebagai ungkapan syukur atas hasil panen padi dan harapan untuk panen berikutnya. Dalam acara ini, padi disimpan di leuit (lumbung padi tradisional), dan masyarakat menggelar berbagai ritual serta pertunjukan budaya. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, tetapi juga memperkuat identitas budaya serta solidaritas sosial masyarakat adat.

Kasepuhan Cisitu juga dikenal dengan prinsip "leuweung kolot", yakni menjaga hutan adat agar tetap lestari. Mereka mengelola hutan dan lahan secara berkelanjutan sesuai kearifan lokal, yang kini mendapat perhatian dalam konteks pelestarian lingkungan dan ketahanan pangan



Komentar